Peran
seorang guru ialah mendidik murid untuk menemukan dan mengembangkan kekuatan
kodratnya. Dalam perjalanannya, guru juga banyak memberikan masukan dan
penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Hal ini cukup membantu, namun efek
panjangnya adalah murid akan senantiasa bergantung pada guru dalam
menyelesaikan persoalan. Murid perlu dipandu untuk menemukan solusi atas permasalahan
yang sedang ia hadapi dengan menggunakan asset yang ada dalam dirinya. Lalu bagaimana
supaya murid dapat menemukan solusi dari dalam dirinya sendiri?
Setelah
mempelajari materi coaching pada
modul 2.3 ini, saya memahami bahwa murid perlu dituntun untuk menemukan jalan
dari dalam dirinya sendiri. Memberikan mereka kemudahan dan terus membantu
campur tangan dalam penyelesaian permaslahan mereka tentu baik, tapi tidak
selamanya baik. Kemandirian di dalam diri mereka juga dapat terkikis, begitu
juga dengan kepercayaan diri mereka dalam menyelesaikan suatu hambatan atau
permasalahan. Coaching dapat
dijadikan salah satu metode yang tepat dalam menuntun dan menumbuhkan pencarian
solusi dari dalam diri murid. Dengan begitu, murid akan lebih percaya diri
menghadapi berbagai permasalahan. Selain itu juga murid akan bertanggungjawab
dan berkomitmen dengan solusi yang ia temukan sendiri.
Coaching
merupakan suatu usaha yang dilakukan coach dalam mendampingi coacheenya untuk
memahami masalah serta posisi coachee dalam permasalahan tersebut. Seorang
coach akan mengajukan berbagai pertanyaan berbobot kepada coacheenya guna
mengarahkan kepada pemecahan masalahnya. Seorang coach bertindak untuk
mengembangkan kemampuan coacheenya untuk menggunakan kekuatan yang ia miliki
dalam menemukan solusi. Hal ini sangat berbeda dengan metode konseling dan mentoring,
dimana sedikit banyak masih ikut andil dalam memberikan solusi atas suatu hal
yang sedang dihadapi.
Coaching
ini bukanlah suatu kegiatan untuk sekedar curah pendapat saja. Tetapi Coaching lebih kepada proses
pembelajaran. Coaching merupakan sebuah
proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
sistematis dimana coach memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman
hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi bagi coachee (Grant 1999).
Adapun
teknik Coaching yang terkenal adalah coaching dengan alur TIRTA yakni akronim
dari Tujuan utama, Identifikasi masalah, Rencana aksi, Tanggungjawab. Keempat
hal ini harus digunakan dalam proses mendampingi coachee. Selain itu seorang
coach harus memenuhi tiga kriteria utama seorang coach yaitu kehadiran penuh,
mendengarkan dengan rasa, dan memberikan pertanyaa-pertanyaan berbobot. Dengan
demikian proses pengidentifikasian masalah akan semakin signifikan dan tepat
sasaran. Sehingga rencana aksi jadi mudah dirumuskan, dan solusi pemecahan
masalah dapat ditemukan.
Peran
saya sebagai guru, seyogyanya dapat memahami dan menuntun murid dalam menggali
kemampuan dirinya dan mengembangkan kekuatan yang ia miliki. Keberagaman kemampuan
murid dapat menjadi suatu tantangan tersendiri bagi saya. Karena dengan
beragamnya kemampuan murid, akan beragam pula kebutuhan belajar murid. Dengan
menggunakan pembelajaran berdiferensiasi, saya cukup terbantu dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi ini pun akan semakin tajam
bila menggunakan teknik coaching.
Teknik
coaching dapat dilakukan pada semua
murid baik yang kemampuannya lebih maupun yang masih mendasar. Penerapan teknik
scaffolding yang dibarengi dengan
teknik coaching akan menghasilkan
sesuatu yang lebih efektif. Murid tidak akan merasa tertinggal karena ia
menyadari kekuatan/kemampuan yang ia miliki untuk menggenapi yang dianggap
kekurangan olehnya. Murid tidak akan merasa dibedakan, malah justru merasa
didukung dan ini dapat meningkatkan pencapaiannya.
Pembelajaran
sosial emosional menjelaskan bahwa seseorang haruslah dalam keadaan kesadaran
penuh atau mindfullness untuk menyadari emosi yang sedang ia rasakan. Dengan
demikian orang tersebut dapat membuat keputusan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Selain pengenalan emosi, pengelolaan diri yang baik juga penting. Hal ini
dapat dilakukan dalam hal pengelolaan waktu atau disiplin.
Kesadaran
sosial seperti empati juga sangat penting untuk dipelajari. Teknik coaching dapat digunakan dalam membantu
menuntun murid mengenali apa yang ia rasakan, apa yang ia alami, memahami
posisinya dalam perasaan tersebut hingga menentukan solusi yang tepat untuk
emosional dan sosial yang ia hadapi. Dengan menggunakan pertanyaan berbobot,
akan muncul kesadaran diri, kesadaran sosial, keputusan yang bertanggungjawab, dan
manajemen diri yang baik. Selain itu pada alur TIRTA terdapat Tanggungjawab
yang berkaitan dengan komitmen. Keterampilan sosial dan emosional membutuhkan
latihan sebagai wujud resiliensi seseorang dalam memecahkan masalahnya. Dalam
teknik coaching ada tanggung jawab
dimana komitmen harus dilakukan. Dengan tujuan aksi nyata dari apa yang akan ia
lakukan dalam coaching dapat
terealisasi dengan baik.
Berdasarkan
pemaparan di atas, keterampilan coaching
menjadi suatu hal yang penting untuk dikuasai oleh guru selaku pemimpin
pembelajaran. Baik untuk coaching
permasalahan yang dialami murid maupun permasalahan yang dialami oleh sesama guru.
Dengan memiliki paradigma berpikir coaching
yakni fokus pada coachee, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran
diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan. Serta prinsip coaching yang terdiri dari kemitraan,
proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Guru akan memiliki wawasan yang luas,
pergerakan yang luwes dan memberikan efek positif bagi lingkungannya. Akan banyak
murid dan guru di sekitarnya yang semakin memaksimalkan potensinya dan
menemukan solusi dari dalam diri dengan teknik coaching yang diberikan. Teknik coaching
akan sangat membantu dalam membimbing dan memfasilitasi perbaikan proses
belajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta
pengelolaan kelas. Sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan dinamis yang
sesuai dengan kebutuhan murid.
0 komentar:
Posting Komentar