Vhie

Life Travelogue

Keberhasilan Budaya Positif dalam Kaitannya dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara

Leave a Comment


Pada modul 1 ini terdapat empat sub bab yang saling berhubungan satu sama lain. Ada 4 hal penting yang terkandung dalam modul satu ini. Pertama, filosofi pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara. Kedua, nilai dan peranguru penggerak. Ketiga, visi guru penggerak. Keempat, budaya positif.


Sub bab pertama mengenalkan pentingnya filosofi KHD sebagai wawasan dan sudut pandang sebagai seorang guru dalam membimbing murid-muridnya dengan tujuan keselamatan dan kebahagiaan yang dicapai murid nantinya. Hal ini dengan menggunakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Sub bab kedua berisi pegamalan nilai yang harus dipegang oleh guru penggerak dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid. Selain itu juga peran yang harus dijalankan oleh guru penggerak sebagai pelopor yang menggerakkan dirinya sendiri dan juga orang-orang yang berada di sekitarnya dalam membawa perubahan kea rah yang lebih positif. Sub bab ketiga terkait pembuatan visi oleh guru penggerak. Visi yang dibuat dan muncul dari dalam diri untuk menjadi pegangan dan keyakinan bagi guru penggerak. Visi tersebut menjadi panduan dalam melaksanakan pengembangan murid dalam proses mewujudkan murid impian yang dicita-citakan di masa depan. Sub bab keempat mengenalkan tentang budaya positif yang didasari oleh disiplin positif, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol, keyakinan kelas dan segitiga restitusi. Hal-hal tersebut menjadi dasar dalam menciptakan pembelajaran serta lingkungan yang lebih positif.


Budaya positif adalah menciptakan kondisi lingkungan yang lebih positif yang akhirnya menciptakan pula rasa aman dan nyaman bagi warga sekolah. Budaya positif dapat mendorong murid untuk mampu berfikir, bertindak, dan mencipta sebagai proses memerdekakan dirinya. Sehingga murid lebih mandiri dan bertanggungjawab. Dalam menjalankan budaya positif tidak dapat terlepas dari pemikiran KHD sebagai wawasan yang mengarahkan tujuan dari budaya positif itu sendiri, yakni apapun budaya positif yang dilakukan pada akhirnya menjadi pembelajaran yangberpihak pada murid dan bermuara pada keselamatan dan kebahagiaan murid. Begitu pula dengan nilai dan peran guru penggerak. Budaya positif tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa pemahaman nilai dan peran guru penggerak dengan baik. Bagaimanapun, nilai dan peran yang dipegang dengan utuh akan mengarahkan pendidik dalam berperilaku positif dalam menjalankan budaya positif. Visi guru penggerak juga menjadi komponen penting dalam pelaksanaan budaya positif. Hal ini dikarenakan visi guru penggerak menjadi keyakinan yang tertanam dalam diri dan menjadi bekal yang kuat dalam menghadapi rintangan saat melaksanakan budaya positif.


Budaya positif pada akhirnya akan kembali pada putaran menuju perwujudan filosofi Ki Hajar Dewantara. Budaya positif dengan beragam alat seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, keyakinan kelas, posisi kontrol dan segitiga restitusi adalah alat bantu dalam melakukan tahapan BAGJA untuk menuju murid yang diimpikan di masa depan. Budaya positif memiliki misi penting untuk memunculkan kesadaran, kepekaan dan keinginan murid yang bersumber dari dalam dirinya. Sehingga dapat memunculkan rasa aman dan nyaman dari dalam diri murid. Di dukung dengan lingkungan yang positif, maka murid akan memiliki kemerdekaan dalam menguatkan potensi yang dia miliki. Pada akhirnya, budaya positif dengan segala komponennya bermuara pada penguasaan murid pada Profil Pelajar Pancasila dan sesuai dengan tujuan nasional pendidikan.


Disiplin positif menjadi pendekatan mendidik anak dalam membentuk kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri sehingga berperilaku sesuai nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik. Teori kontrol membantu memahami pandangan orang lain tentang dunia. Bahwa setiap tindakan memiliki tujuan. Teori ini mengajak kita untuk memahami murid dengan win-win solution. Hukuman dan penghargaan bisa menjadi motivasi yang baik, akan tetapi motivasi terbaik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri tanpa terpengaruh oleh hukuman maupun penghargaan. Keyakinan kelas adalah kesepakatan yang bersumber pada nilai universal yang diyakini dan dilaksanakan secara mandiri. Kebutuhan dasar manusia terkadang mempengaruhi pelaksanaan teori-teori di atas, karena kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dapat menjadikan sesorang tidak seimbang dalam menjalankan kehidupannya.


Posisi kontrol membantu pendidik dalam pendekatan maupun penanganan terhadap ketidakseimbangan perilaku murid dalam proses pembelajaran. Posisi kontrol terbaik adalah dengan memposisikan diri menjadi manajer yang tidak menggunakan hukuman atau membuat rasa bersalah pada diri murid atas kesalahan yang dilakukan. Posisi manajer sangat dibutuhkan dalam melaksanakan segitiga restitusi ketika memberikan pendekatan dan penanganan pada murid. Dengan segitiga restitusi diharapkan murid dapat mendapatkan kekuatan untuk melakukan tanggungjawab dan mencari solusi atas permasalahan. Hal yang menarik bagi saya yakni bahwa ternyata bukan hanya hukuman yang dapat mematikan motivasi intrinsik, tapi penghargaan juga dapat mematikan motivasi intrinsic secara tidak langsung.


Perubahan yang terjadi pada diri setelah mempelajari modul ini lebih pada penerapan keyakinan kelas sebagai pengembangan dalam proses pembelajaran dalam menumbuhkan kesadaran dan control diri selama pembelajaran dan kepekaan terhadap sekitar. Selain itu juga penerapan segitiga restitusi sebagai salah satu cara dalam memunculkan motivasi murid untuk melakukan pertanggungjawaban secara sadar.


Pengalaman terkait konsep inti dari budaya positif sebenarnya sudah diterapkan, hanya saja dalam sebagian kecil. Seperti memberikan peraturan kelas saat pelajaran, hanya saja dalam pembuatannya belum melibatkan murid secara menyeluruh. Selain itu, dalam pelaksanaan tim tertib juga sudah melakukan bagian dari segitiga resitusi, hanya saja pengambilan solusi belum diputuskan atau dimunculkan oleh murid itu sendiri.


Pengalaman tersebut tentu menjadi salah satu acuan yang saya gunakan untuk mengambil apa yang sudah baik dan apa yang perlu disempurnakan sesuai materi yang ada pada modul ini. Sebelum mempelajari modul ini, cara saya berinteraksi dengan murid menggunakan semua posisi kontrol. Posisi penghukum terhadap murid yang sering melanggar peraturan, pembuat rasa bersalah pada murid yang melanggar peraturan di kelas, sebagai teman bagi murid yang memiliki rasa kurang percaya diri, sebagai pemantau bagi murid yang sedang menjalankan tanggungjawab, dan menjadi manajer untuk murid walian di kelas. Setelah memahami modul ini, ternyata posisi manajer dapat diaplikasikan pada berbagai hal untuk menyelesaikan beragam permasalahan.

 


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar