Vhie

Life Travelogue

Mereka, yang Berarti Untukku

Leave a Comment
Duniaku berubah. Semuanya menjadi berbeda. Tak sama. Sejak kejujuran Tuhan itu datang, aku tahu aku tak seperti dulu. Mungkin memang harus begini. Mungkin memang ini jalannya. Tiada lagi yang tersembunyi. Tiada lagi yang terserak diantara diriku dengan-Nya. Tak perlu mengingkari. Tiada lagi alasan, inilah kejujuran walau pedih adanya. Namun tetap saja, begitulah jawabnya.

Ini terasa begitu berat. Berat untukku melakukan penerimaan atas ini semua. Aku tak tahu harus kemana, harus bagaimana, harus seperti apa, dan aku pun terus bertanya kenapa. Entah sampai kapan aku akan terus seperti ini, mengingkari sebuah penerimaan yang memang harus segera dilakukan.

Apa mungkin aku terlalu banyak meminta? Salahkah aku bila merindukan orang-orang yang menyayangiku disaat seperti ini? Meski aku selalu terlihat baik-baik saja, tapi aku tak sekuat kelihatannya. Aku sadar dunia ini tidak seperti dongeng yang selalu happy ending. Aku tahu hidup tak selalu sama. Aku mengerti bahwa jalan hidup pun berliku. Tapi aku pun tahu, aku membutuhkan orang lain untuk berjalan bersamaku, entah siapapun itu.

But thanks God. Tanpa aku minta, Engkau kirimkan malaikat-malaikat-Mu dalam diri mereka. Mereka yang always give me everything tanpa aku harus minta. Aki, temen main di kampus, temen di kos-di kontrakan, temen seperjuangan beasiswa dan mereka semua yang pernah singgah dalam alur ceritaku. Mereka semua sangat berarti untukku di sini. Di tempat asing ini.

Tanpa mereka, aku bukanlah apa-apa. Tanpa mereka aku hanya akan seperti sebutir debu yang tak punya arti apa-apa di sini. Aku mungkin bukan siapa-siapa. Aku tahu, mungkin aku tak berarti apa-apa untuk mereka. Tapi mereka begitu berarti untukku. Karena dengan adanya mereka, aku merasa LEBIH BERARTI. Karena bersama mereka aku merasa ADA. Di sini, di tengah hingar bingar keramaian kota metropolis ini. Di sini, diantara kilauan cahaya temaram yang dengan sedikit tegas mewarnai kota ini.


Thanks God. Engkau selalu tahu segalanya tentangku. Tentang diriku. Biarlah kisah ini berakhir seperti yang telah Engkau tulis. Aku pasrah, bagaimanapun kisah ini berakhir. Bahagiakah? Sedihkah? Seperti perahu kertas mungil yang dulu pernah aku larung. Terus berjalan mengikuti aliran air, kemanapun ia membawanya.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar