Cinta, adalah sebuah kata sakral atas kehidupan. Cinta
itu sebuah pemberian yang agung dari Tuhan. Dia suci, mulia, dan penuh
keindahan. Dia terlalu rumit untuk diungkapkan. Dia adalah sebuah rasa yang tak
dapat dijelaskan, apalagi untuk sekedar didefinisikan. Secerdas apapun otak
manusia, dia tidak akan pernah bisa mengerti dan memahami rasa itu, karena rasa
itu ada dalam hati dan bukan dalam otak untuk sekedar dilogikakan. Karena cinta
tak dapat disentuh, dilihat atau dihitung, ia hanya dapat dirasa, yaaa dirasa
saja.
Tuhan telah ngasih gue sebuah
rasa. Rasa yang agung nan indah. Cinta, begitulah kebanyakan orang menyebutnya.
Sebuah kata yang terdiri dari 5 huruf, namun cukup rumit untuk dijelaskan
apalagi untuk diartikan. Cinta itu segala rasa. Segala rasa dalam kebahagiaan,
segala rasa dalam kesedihan, juga segala rasa diantara kebahagiaan dan
kesedihan. Cinta itu seperti pelangi, kita akan selalu membutuhkan matahari dan
hujan untuk kemudian tercipta pelangi. Begitupun cinta, selalu ada tangis dan
tawa untuk kemudian menjadikan hidup berwarna seperti ‘cinta’. Namun Sungguh sayang,
rasa yang diturunkan Tuhan untuk gue ini sebuah rasa terhadap seseorang yang
telah mempunyai ‘janji suci’ (pernikahan). Itu ga mungkin, dan ga boleh
terjadi. Pernikahan adalah sebuah janji prasetya yang agung, yang tidak
sewajarnya mendapatkan parasit.
Bagi gue, hakikat cinta itu
agung. Cinta tak mampu diartikan dengan kata sayang, suka, maupun rindu. Cinta bukan
sekedar kata ‘I love u’, bukan sekedar ‘saya suka kamu’, bukan sekedar ‘aku
tresno karo kowe’, tapi lebih, lebih daripada sekedar itu semua. Hati dan rasa
tak akan pernah terpisah. Mereka adalah dua sejoli. Hati bagaikan cawan dan
rasa adalah airnya. Gue tahu, hati itu dipilih, bukan memilih. Hati tau kemana
rasa akan membawanya untuk berlabuh. Dan mungkin hati gue telah dipilih Tuhan
untuk dibawa oleh rasa ini.
Gue ga bakal menolak pemberian
Tuhan, apalagi menentang. Tuhan lah yang ngendaliin gue, dan gue ga ada kuasa
sama sekali untuk menentang-Nya. Gue akan terima pemberian Tuhan yang agung
ini. Gue ga bakal nolak keindahan yang agung ini. Yah, setiap jalan kan selalu
ada negosiasinya. Saat ada putih dan hitam, maka akan ada juga warna lain
diantara keduanya, yaitu abu-abu. Buat gue, cinta itu putih, bersih, suci. Buat
gue cinta ga harus memiliki. Gue ga harus bertahan di daerah putih dan
menggebu-gebu dengan segala cinta yang Tuhan kasih, namun sakit tanpa balas. Tapi
juga tak harus jatuh kedaerah hitam dengan menjadi parasit dalam sebuah janji
prasetya yang agung. Gue bisa berada di daerah abu-abu dengan cara gue. Biarlah
Tuhan mengalirkan rasa itu ke gue hingga menjadi hak gue, dan gue yang akan
mengendalikannya. Gue akan mencintainya dengan cara gue sendiri. Gue akan
selalu menjaganya dalam do’a gue. Dan cukuplah dia menjadi inspirasi gue agar pena
gue tetap bisa menulis dan melukis kisah dalam langkah perjalanan hidup gue. -->
Mr. P <-- .. Begitulah cara gue, sehingga tak ada yang perlu merasa tersakiti oleh
rasa yang agung ini. Karena memang tak sewajarnya rasa yang agung ini menyakiti
siapapun.
0 komentar:
Posting Komentar